Awan,
langit itu gelap, akan hujan kembali sepertinya
Mendumg itu mengundang angin yang meniupkan rasa dingin ketubuhku yang mengigil..
“di langit itu tidak hanya ada awan atau pelangi”, ibu berkata padaku
“aku tau”, jawabku pelan
“tapi mengapa kau hanya mencari keduanya?”,
“tidak”, jawabku lagi
“tapi hanya pelangi dan awan yang selalu ada dimatamu”, suara ibu mulai naik
“tidak”, aku menjawab tenang
“iya!!”
“tidak”,
“jangan bodohi dirimu sendiri!!”, ibu berhujat marah
“tidak”, aku bertahan
“”dimana awan? Siapa pelangi?”
“CUKUP!”, aku mulai berteriak, “CUKUP!!”
“SIAPA MEREKA???”
“sudah cukup, aku mohon.. jangan pojokan aku dengan pertanyaan yang tidak dapat aku jawab”, aku memelas
“lalu untuk apa kau mencari, menanti bila hanya tersakiti oleh keduanya??”
“aku tidak tersakiti oleh awan” ujarku datar
“tapi, oleh pelangi bukan”, sindir ibu sinis
“entahlah”, ujarku pelan
“kau seperti orang bodoh!!”
“sudahlah, aku bilang cukup, jangan hakimi aku dengan kalimat konotasimu yang menyebalkan itu”
“aku menyanyangimu, anakku”, ucap ibu perlahan
“maka biarkan aku”, aku menunduk
“hentikan saja permainan ini..”, pintanya dengan mata berkaca-kaca
Aku tidak sedang bermain”,
“lalu sedang apa?”.
“aku sedang mencari.....”
“apa yang kau cari?”
“sebuah awan untuk langitku”. Ujarku mengakhiri percakapaan.
0 komentar:
Posting Komentar