25 januari ‘o6
adam datang dalam diamnya
dengan segala keangkuhan
dengan hiasan luka ditubuhnya dan ketidakberdayaan
adam melihat dengan diamnya
dengan semburat mata pengharapan
dengan kata yang tidak terucapkan
adam tersenyum didiamnya
tidak bicara,
mungkin tidak ingin !!
karena adam terdiam dalam diamnya.
Dan aku berdiri dengan ketidakberdayaan
---------------------
30 januari ‘o6
andai gelisah ini dapat dengan mudah tundukkan angkuhku
luapkan asa pada puncak imaji
pikirku kosong ini tak nyata
menyesakkan…
tapi dia hidup,
nafas itu memburu ditelinga
menjejakkan langkah di hati
jangan pergi!!
Lungkupi pucuk cinta yang kau cipta
Biar tidak hanya sepi,
Biar kidung ini bernyanyi
Tapi, bukan sunyi
------------------------
Kau sujidti tanah kering ini dengan air mata di hatimu
Ini janji yang kau ingkari
Kalimat yang kau muntah ditelan lagi
Aku perih
Aku mengaduh
Karena kini giliranku sujudti tanah dengan belati di hati
---------------------------
Kau sujuti tanah kering ini dengan air mata hatimu
Karena rasa ini menjalar dengan liar
Menjamahi setiap lengkung asa dalam sel-sel kelabu
Mati,
Beku,
Mengukung ku dalam kisi yang tak nyata
Aku mengeluh
Tapi aku mengingini....
-------------------------------
Ini diriku. . .
lagi ingkari hatiku
Menipuku,Menipunya, Menipu mereka
Tapi kini, ini diriku
Menghukumku, Merendahkanku
Memakiku
Karena ingkariku
--------------------------------
3 april ‘o6
Kehancuran yang sama
Kepuraan yang terulang
Kejujuran yang terabaikan
Seolah-olah bohongku itu termaapkan
Seolah-olah ini suatu pewajaran
munafik,
Tak terkatakan
Pendusta yang mengagungkan kemurnian hati
Berteori
Tinggalkan Saja semua!! Ini fana, hampa
Mengulitiku sampai luka
Menghisapku sampai tak tersisa
Kini kering,
Penat ini mengganjal
Dimana pohon sandaranku. . .
Letih
Le: tih
------------------------------
Aku dengan diamku
Aku dengan diammu
Aku dengan diam
Aku denganmu
Aku diammu
Aku dalam 2 dunia
Aku diantara dinding yang berbeda
Aku berbeda
Karena aku ditakdirkan tidak untuk bersama
Sudahi saja cerita ini
karna darah yang mengalir sebanyak detik gerimis
dan kilat lecuti tubuhku yang tersakiti
tapi aku belum mati
hanya ingin akhiri
sudahi,
selesai,
tamati
----------------------------
(april ‘o6)
1. ketika mengartikanmu, menyulitkan!
Ketika jujurmu terselimuti ragu . . .
Aku sunyi:tak tau arti
Aku mencaci : tak mengerti puisi
Aku sepi : sebab kau mengaduh dalam diam
dan menangis dengan topengmu,
Karena aku diammu,
Karena aku topengmu, Maka aku tau...
2. Ini aku dengan pohon sandaranmu
Setia dengan diamku
Meski sipengembara pergi berkelana
Ini aku dengan pohon sandaranku
Ku pinjamkan, bila letih memayungi langkahmu
Bila tiang tegarmu termakan luka
Ini aku dengan pohon sandaran
Luapkan gundah itu leburkan dalam kenyamanan
Karena, ini pohon kasih sayang
Maka, kembalilah...
3. Aku menatap iri pada sayap perak peri hutan
Yang membawa pergi jika ia mau Jika ia akan terluka
Dan membawa kembali jika ia suka. . .
Tertawai aku dengan inginku
Namun aku akan mengangapnya sebagai pewajaran
Karena nyata aku iri,
Aku ingin pergi!!
----------------------------------------
22 Juni 06
Kosakata ini tak lagi memiliki makna
Semua hanya kalimat berkonotasi
Semu.. Tak ingin dimengerti
Namun ketidakbersuaraan inipun ternyata meyakiti
-------------------------------------
Juli, 2006
Menganyam asa dalam jaring kelabu kusut
Ini hampa..
Aku butuh bahasa
Aku ingin kata
Bukan hanya diam bibir berbicara
Sendiri...
Ini jumawa..
Bukan ini penantian,
Ini adalah kebodohan..
-----------------------------------
16 agust ‘o6
Terjaring dalam rangkaian pura dunia
Memberi aku topeng kehidupan
Mengajariku makna tak kasat mata
Itukah rasa? Ingin nyata
Terpatah pada kata yang terhenti pada tanda koma
menyimpanku dalam ruang kebingungan tak bertuan
Dan tanya terendap entah kemana..
Kutanya yang tak bergema...
10 Desember 2007
siang itu kawan..
mata yang menatapku tiga tahun lalu kini ada lagi,
Mata itu kawan,
Mata yang melihatku tiga tahu lalu, tapi ku acuhkan
Kini perlahan merasuki lagi
Mata itu kawan,
Yang yang pernah mengajakku berbicara tiga tahun lalu
Kini berbisik lagi..
tapi mengapa tatapannya tidak jernih??
Dan,
Karena mata itu kawan,
Aku merakan sakit yang tak terperih..
-end-
Kumpulan Puisi Dari Kaki Langit Bag II
Diposting oleh
vie
on Sabtu, 30 Agustus 2008
Label:
Kisah dari di Kaki Langit
0 komentar:
Posting Komentar