20 februari 2012
huff...
pernah ga sih tiba-tiba ngerasa nyeri banget setelah ngedenger ucapan seseorang. jlebbb! seperti ditusuk pake gunting tajem yang ga keliatan. ga keliatan sih emang tapi koq tiba-tiba sakit ya.. :)
(sebentar,sepertinya kalo tulisan ini dimulai dari keluhan cuman akan berakhir jadi curhatan tanpa ujung deh :P)
mengutip perkataan Rosullah dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
seharusnya seperti inilah adab kita dalam menjalin silaturahmi dengan sesama saudara seiman. :). Tapi dalam perjalanannya manusia tempatnya salah dan dosa, seringkali tanpa sadar ataupun sangat sadar sudah berpuas diri dalam mengucapkan kata kasar dan melukai hati milik orang lain. Astafirullah..
Begitu egoisnya dia, hanya karena jabatan, posisi, harta, kekayaan, dan semua keduniawian itu tiba-tiba merasa berhak atas hati dan perasaan milik orang lain. Lupa kalo setiap bait dari kata yang diucapkanya itu akan dipertanggungjawabkan. Tiba-tiba menjadi serakah, menjadi berkuasa, menjadi pembenaran.
Taukah, setiap kata kasar dan menyatikan itu akan membekas, akan meninggalkan noda, akan tetap ada disana meskipun telah bertahun-tahun dimaapkan. seperti pohon yang diberi paku ketika paku dicabut lobangnya tidak akan pernah menutup kembali. Seperti itulah kata-kata kasar membekas.
Dan akan sangat mengecewakan, apabila pendidikan yang tinggi sekalipun tidak bisa mengimbangi ketinggian dari kekasar kata yang dikeluarkan. seorang yang tanpa pendidikan akan dinilai lebih tinggi derajatnya dengan kehalusan dan kesopanan tatabahasanya, begitu pula sebaliknya.
Dengan lisan ini, seorang hamba dapat terangkat derajatnya dengan beroleh kebaikan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaliknya, ia juga dapat tersungkur ke jurang jahannam dengan sebab lisannya. Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR. Al-Bukhari no. 6478)
vie
0 komentar:
Posting Komentar