RSS

Pages

Kisah Putri dan Pangeran Bag II

13 januari 'o5

22:00

pangeran...

kau hampiri singgahsana ini ketika sepi

mempertaruhkan peran kebijaksanaanmu

dalam langkah yang kau susun indah

akankah ceritamu sesempurna rencana-Nya

seperti kisah bintang yang tak letih menemani malam

meski kabut coba selimuti kesetiannya

atau kisah mentari yang selama beribu tahun rela membagi sinarnya

agar rembulan tak selalu dalam kegelapannya

ketika kemilau mahkota kau tinggalkan, mampukah?

putri ini bukan seorang peri

kegelisahan kerap hinggap dihati

dan keangkuhan mencoba meracuni . . .

masihkah langkahmu akan tetap kemari?

menelusuri kebekuan kisi hati

memberi harapan akan kesucian dalam penantian yang panjang

pangeran....

haruskah kau sujudti tanah-tanah itu

jika hanya untuk meminta buah kepercayaan

pangeran....

kini lelah telah merayu ku, kebosanan perlahan membujukku,

menantimu,

menghianatimu

namun aku tak ingin mati dalam kebusukanmu

aku ingin pergi meski tanpa izinmu, tanpa meninggalkan sakitku

penantian ini harus berakhir, goresan belatimu telah melukai

seluruh tubuhku . . .

aku hampir mati...

tapi tidak ingin dalam hunusan pedangmu

karena perjalananku telah separuh meninggalkan istanamu

mungkin sadarmu telah mengerti ketidakberadaanku

pangeran...

kebencian tak akan pernah mengotori sekelumit bayanganmu yang melekat ditubuhku.. .

meski pedih dan luka terbuka lagi

maka jangan pernah sesali kepergianku..

karna mungkin aku tak akan pernah lagi kembali

meski tandu merahmu mengejar mancari bayanganku . . . .

(tengah malem, sepi )

0 komentar:

Awan, aku tidak mengerti diriku... Mengapa aku harus menipu mereka dengan senyumanku, kalo pada kenyataannya, kau pun tau aku terluka, mengapa awan?? Mengapa topeng ini menjadi miliku yang abadi, aku tidak pernah mengerti.. Tidak!?! Mengakui bahwa aku terluka akan terlihat menyedihkan, tapi aku merasakan itu, tapi mereka tidak perlu tau. Ini rahasiaku dan dirimu, ini rahasia kita. Awan, Aku ingin menghilang dari sini, dari kepenatan ini, dari segala kekecauan ini, dari semua yang tidak melegakan, dari semua yang menyakitkan, dari semuanya... Aku ingin pergi! pergi mencari puing-puing kebahagiaan yang terpental entah kemana, mengumpulkannya kembali atau mencari pengganti yang tidak ditemukan, hingga ia menjadi bentuk, menjadi ada, menjadi nyata, menjadi rasa... Awan, Bermain dengan pelangi membawaku berada digerbang ketidak pastian, dan ini kenikmatan yang dihasilkan hati yang terperi, dan sekarang aku lelah, awan, lelah dengan penipuan terhadap diriku yang tenang. Karena aku tetap seorang purti, yang tidak selamanya mampu berdiri dengan ketegaran, aku butuh udara untuk nafasku, aku butuh ruang untuk tubuh letihku, bersandar... Aku ingin itu, Awan, aku ingin terbang saja, terbang kearahmu. Berikan aku sayap itu, awan.. Biar aku bebas dan karena ini rahasia kita, maka simpanlah untukku simpanlah dalam kekokohan hatimu. Maka ini akan menjadi rahasiamu, rahasia awan (lebaran hari kedua, pagi banget...)
 
Copyright 2009 Another Side... All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes