23 nop ‘o6
awan,
lama aku meninggalkan pelangi
tak peduli akan warna dan kehangatannya
menolaknya, menutup mata untuknya
tapi, awan..
malam ini hatiku tidak lagi dapat menghianati pikirku
mereka bersatu menghukumku..
mereka mengakui kerinduan dengan pelangi
meskipun janji awan disampingku
meskipun awan memenuhi langkahku..
tapi saat ini, malam ini, pelangi bersamaku
bermain dengan yang tidak nyata didiriku
mengharapkan pelangi menjadi awan..
ini semakin tidak nyata dengan ketidakpastian yang nyata
tapi ketidakmungkinan bukankah satu-satunya yang ada didunia
yang tidak menciptakan kepastian
aku tau awan,
ini hanya kalimat pembenaran dari yang aku rasakan
awan,
aku merindukannya tapi aku tidak menginginkannya...
------
Awan,
Bukankah anak ayam tidak menentang induknya?
Anak burungpun tidak membantah larangan ibunya
Lalu aku apa?
Aku anak manusia yang memiliki rasa
Memiliki hati yang dapat tersakiti
Memiliki naluri berpendapat yang mungkin bertentangan
Awan,
Bertemu nyata dengan pilihan itu menyebalkan
Aku terjebak, tidak dapat berontak
Awan,
Perih ini menganak sungai dipelupuk mataku
Takakan kubiarkan mengalir dan melukisi tanah ini
Awan,
Bolehkan ku meminta sudahi cerita ini..
(lagi kul Komin, 13.42, 4 des ‘o6)
Awan,
Aku iri melihat anak burung yang tidak bertanya kemana induk jantannya terbang
Yang tidak bertanya bagaimana rupa ayah yang lama tidak ditemuinya
Awan,
Mereka mahluk yang tidak kesepian
Mereka mahluk mandiri yang tidak takut sendiri
9 des ‘o6, 23:oo
Awan,
Awan, sesak sekali mengingat ini
Manyadari hati yang terperi dengan pelangi yang di-tepikan
Awan, aku pernah membaca “ setiap orang yang hadir dalam kehidupan kita, akan meninggalkan jejak yang membuat kita menjadi tidak sama dengan kemarin”
dan pelangi melakukan itu awan..
pelangi meninggalkan jejak itu
awan,
pelangi 2 tahun yang lalu merayapi kehidupanku
menetap dan membagi warna dengan bias-nya yang terlalu lama,
sungguh, awan, aku tidak pernah tau mahluk itu berwarna pelangi
pelangi yang memiliki hukum abadi: tak ingin diraih
pelangi yang harus pergi...
awan,
aku lelah bercerita dengan kata,
bermain dengan makna yang tersembunyi
berspekulasi dengan hati, menerka yang tidak kuketahui
aku lelah..
aku sungguh lelah, sangat lelah
awan,
ketika kebenaran tidak juga kutemui..
0 komentar:
Posting Komentar