part ke II setelah 5 jam posting terakhir
Tiba-tiba inget sama salah satu artikel yang pernah saya baca beberapa tahun yang lalu.
Di artikel tersebut ditulis kalo dengan menuliskan kegiatan sehari-hari, termasuk masalah, kesedihan ataupun kemarahan secara rutin setiap malam ketika kita mau tidur akan mengurangi resiko stress. Dulu itu dulu sekali, saya membacanya ketika membaca dan menulis hanya merupakan hobi dan pengisi waktu luang. dan tentu saja masalah belum serumit dan sekomplek saat ini.
Dan dengan bekal ingatan saya tentang artikel menulis yang dapat mengilangkan stress, saya browsing mencari artikel yang serupa dan hasilnya, Menulis ekspesif dalam jangka panjang dapat mengurangi kadar stres, meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, memperbaiki fungsi paru-paru, fungsi lever, mempersingkat waktu perawatan di rumah sakit, meningkatkan mood, membuat penulis merasa jauh lebih baik, serta mengurangi gejala-gejala trauma.(Terapi Menulis Hilangkan Stress - Media Indonesia)
Saya lahir dari keluarga kecil yang meskipun tidak kaya raya tapi penuh dengan cinta dan kebebasan berpendapat. Saya lahir dan sangat bersyukur hidup dilingkungan yang alhamdulillah jauh dari masalah. Bahkan pertengkaran orang tua saja saya tidak mendengarnya. Ketika akhirnya ayah pergi meninggalkan kami. Saya hanya mengingatnya sebagai sosok pelindung dan penyayang yang bersuara keras dan kadang sedikit mendelikan matanya bila ada kelakuan anak-anaknya yang tidak dia suka. (ya Allah, aku merindukan Dia saat ini).
Tidak satupun dari kedua orang tua saya yang pernah melakukan kekerasan fisik hingga saya, kakak ataupun adik saya sebesar ini. Kami dari kecil diajarkan dengan cara berdiskusi dan bicara bila ada sikap atau perbuatan yang melanggar norma. Saya ingat sekali waktu masih duduk di kelas 4 SD, saya melakukan suatu kesalahan. Saat itu saya dipanggil oleh ayah, beliau mendudukan saya tepat dihadapannya. Dengan sabar dia meminta saya menjelaskan permasalahan dan mengapa saya melakukan itu. Saat itu saya menangis, menangis sejadi-jadinya. Saya sangat takut karena saya tau saya salah. Tapi yang ayah saya lakukan, dia memeluk saya dan mengusap air mata saya hingga berhenti kemudian mengulangi permintaanya. Dia mendengarkan saya, tanpa memotong sedikitpun penjelasan saya. Kemudian dia hanya memberitahu apa yang saya lakukan salah dan tidak pantas untuk dilakukan. Saya menangis lagi dan meminta maaf. Ayah kembali memeluk dan meminta saya berjanji untuk tidak mengulangi hal itu. Begitulah Ayah dan seperti itulah ibu.
Dan begitulah kehidupan saya tidak begitu rumit, semua bisa diselesaikan dengan mudah. Beranjak dewasa, satu persatu masalahpun datang dan entah sejak kapan saya membutuhkan media untuk meringankan apa yang ada diotak saya. Menulis salah satu caranya. Jadi inilah alasan utama mengapa saya membuat blog ini.
Melihat beberapa tulisan terakhir saya, penuh dengan kata-kata tertekan, terpressure. Saya merenung ketika membacanya kembali. Kenapa? Apa yang salah? Mengapa harus merasa seperti itu? Mengapa menghadapi rencana besar yang telah dinanti selama ini saya atau kamu harus merasa tertekan? Apakah karena saya tidak siap? ataukah kamu yang tidak yakin.
Mengapa saya ataupun kamu selalu menghindari pembicaraan ini? Bukankah dengan berbicara semua akan menemukan jalan keluarnya sehingga saya tidak perlu tertekan dan akhirnya meledak dengan emosi tidak terkendali. Apakah karena ini Allah akhirnya menilai kita belum siap untuk ketahapan lebih jauh lagi? Apa karena ini akhirnya Allah melihat kita bukan sebagai pasangan yang baik?
Bagaimana mungkin saya atau kamu tidak tertarik dan bahagia dengan rencana ini?
Menikahi orang yang kita cintai, i should be happy, dont u? Mengapa komunikasi kita terhenti?
Bukan, Bukan pernikahan dengan puluhan atau ratusan juta yang saya inginkan. Bukan..
Saya hanya ingin bahagia..
dan Kalo Allah akhirnya memberi kesempatan itu kepada kita,
Saya ingin bahagia bersama kamu....
with luv
0 komentar:
Posting Komentar